Takengon,Aceh Tengah

Takengon,kota yang di juluki Negeri di atas awan dengan di kelilingin gunung-gunung yang sejuk.

Kopi Gayo

Kopi Gayo adalah salah satu kopi terbaik di dunia,karena cita rasanya yang khas dan banyak di minati wisata asing dan domestik.

Pacuan Kuda Tradisional Gayo

Pacu kuda adalah olahraga tradisonal khas gayo yang memacu lari kudanya di arena pinggiran Danau Lut Tawar (dalam air danau).

Kerawang Gayo

Pakaian Adat yang selalu di kenakan saat acara besar,saat pakaian ini di kenakan menjadi kebanggan sendiri,karena di setiap motif jaitan memilik makna atau nilai yang sangat besar.

Didong Gayo

Didong Gayo adalan salah satu kesenian tradisional gayo,tepukan tangan dan nyanyian dari seorang ceh (vokalis),dulu nya Didong adalah media penyebaran Agama,dan sampai sekarang masih di gunakan,di setiap acara orang Gayo selalu menampilkan Didong di malam hari tetapi dengan nama Didong Jalu (adu karangan kata)

Sabtu, 13 Februari 2016

Surga Tersembunyi

Siapa yang pernah berkunjung ke Kota dingin Takengon pasti ingin kembali lagi.Alam yang sejuk dan meandangan yangmenawan serta danau Lut Tawar yang menakjubkan akan memberikan keistinmewaan bagi di masing-masing wisatawan.Kota Takengon berada dalam kepungan gunung-gunung dan bukit barisan serta letaknya yang berada ditengah-tengah provinsi Aceh.

Untuk mencapai lokasi Takengon,anda bisa bepergian dari Banda Aceh dan harus menempuh 6-7 jam perjalanan.Selain itu anda juga bisa bepergian dari kota Medan melalui Bireuen,nanti anda akan melihat petunjuk jalan menuju kota Takengon di persimpangan kota Biereuen.Anda juga bisa menggunakan akses pesawat melalui Bandara Rembele diBener Meriah,jaraknya sekitar 24 km dari Takengon.


1.Bur Gayo

Negri kopi ini memang tak henti-hentinya memberikan keindahan, bahkan setelah cahaya matahari Pergi dan di gantikan oleh bulan yang biasanya menutupi malam. 
Salah satu keindahan dari banyak keindahan lain yang di miliki dataran tinggi gayo adalah Bur Gayo atau biasa di kenal dengan Gayo Highland nama Bur  sendiri mempunyai arti Bur = Gunung/Bukit. jadi dapat di simpulkan bahwa Bur Gayo adalah Bukit yang berada di dataran tinggi Gayo.

Dari atas Bur Gayo anda dapat melihat megahnya kota takengon dan Jernihnya danau laut tawar, namun pada kesempatan kali ini tidak menampilkan suasana cerah di siang hari namun keindahan Bur gayo pada soe dan malam harinya.Bur gayo terletak di takengon kota dari Aceh tengah atau yang biasa di kenal dengan Negri kopi Arabika dataran tinggi Gayo. Lebih tepatnya di sebelah selatan kota takengon.
untuk mencapai tempat akses mudah karna biasa naik motor atau Ojek juga bisa, kira-kira memakan waktu  30 menit dari pusat kota dan akan mendapatkan suguhan sunset, strike, panorama, berbagai sudut mempunyai keunikan tersendiri.



2.Atu Belah

Batu belah merupakan sebuah batu besar yang terletak lebih kurang 35 km dari Takengon tepatnya di desa "Penarun", Kabupaten Aceh Tengah. Konon ceritanya batu ini dapat menelan siapa saja yang bernyanyi menggunakan bahasa gayo didekatnya dan batu itu akan terbelah dan menarik orang tersebut kedalamnya. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat.

Dahulu kala di desa penarun  hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah,ibu dan dua orang anaknya. anak yang sulung berusia 7 tahun, sedangkan adik nya masih balita. kehidupan keluarga itu sangat miskin, mata pencaharian sang ayah adalah bertani. pada waktu senggang setelah mengerjakan sawahnya, sang ayah selalu berburu ke hutan.
Ketika saat makan siang tiba, si anak sulung merajuk karena tidak ada ikan sebagai lauk nasinya. anak itu terus merengek rengek, sehingga membuat sang ibu menjadi sedih dan memerintahkan si anak mengambil sendiri belalang yang berada di lumbung. Kemudian pergilah si anak ke lumbung dengan hati yang gembira untuk mengambil beberapa ekor belalang.


Tetapi ketika ia membuka pintu lumbung, belalang tersebut berterbangan, dengan girangnya si anak menangkap beberapa ekor belalang yang hendak di serahkan ke ibunya agar dimasak sebagai lauk pada siang itu. sehingga ia lupa untuk menutup lumbung tersebut kembali menyebabkan semua belalang yang ada di dalam lumbung terbang ke luar semuanya.

Ketika sang ayah pulang berburu, ia kelihatan amat lelah dan kesal, karena seharian berburu ke hutan dan tidak mendapatkan hasil buruan seekor hewan pun yang bisa menjadi santapan mereka. Kekesalan dan kecewaanya itu berubah menjadi kemarahan ketika istrinya mengatakan bahwa semua belalang yang ada di lumbung lepas terbang.

Si ayah sangatlah marah mengingat sangat lama ia mengumpulkan belalang-belalang tersebut, dan sekarang semuanya lenyap, hilang karena kelalaian sang istri dan anaknya. Dalam keadaan lupa diri, sang ayah memukuli ibu dari anak-anaknya sampai babak belur kemudian menyeretnya ke luar rumah dan si ayah mengambil parang yang berada dekatnya dan memotong payudara ibu dari anak nya itu.


Dalam keputusasaannya dan menyesali perbuatan suaminya yang begitu ringan tangan, istrinya pergi meninggalkan rumah sambil merintih kesakitan dengan darah yang bercucuran. Ia pun berjalan tak tentu arah dan tujuan sehingga sampailah didepan batu belah. Kemudian tanpa menunggu lama si ibu yang malang itu langsung mendendangkan nyanyian dalam bahasa gayo berkali-kali dengan lembut, yang bunyinya "Atu Belah, Atu Betangkup......ini nge sawah janyi te dahulu" nyanyian tersebut mempunyai makna "Batu Belah, Batu Bertangkup.........ini sudah sampai janji kita dahulu". Bergetarlah bumi terasa bagaikan gempa dengan goncangan yang sangat dahsyat perlahan-lahan terbukalah batu belah tersebut.

Kedua adik berkakak itu terus mengikuti ibunya dari kejauhan sambil menangis. Sang kakak menggendong adiknya yang masih kecil. Sampai tibalah anakya di hadapan batu belah tersebut. Dengan hati yang hancur anak-anaknya menangis berteriak semampunya melihat si ibu sudah melangkah mau masuk kedalam batu belah.

Tanpa ragu-ragu dengan tidak mempedulikan jeritan anak-anaknya lagi si ibu langsung melangkah masuk ke dalam mulut batu yang menganga lebar. Sedikit demi sedikit tubuh perempuan itu ditelan batu tersebut. Pada saat kedua anak nya kakak beradik itu tiba di depan Batu Belah, suasana alam sekitar tempat itu menjadi berubah. Hujan tiba-tiba turun dengan lebatnya yang di sertai dengan angin kencang. Bumi terasa redup, seakan menyaksikan Atu Belah menelan manusia.

Beberapa saat kemudian semuanya reda. Dengan hati hancur kakak beradik itu hanya dapat melihat rambut ibunya yang tidak masuk semua tertelan Batu Belah. Kemudian anak yang besar mencabut tujuh helai rambut ibunya untuk di jadikan jimat pelindung mereka berdua.


Sekarang Atu Belah menjadi destinasi wisata Takengon.


3.Pantan Terong
Jika kalian mngunjungi bukit yang terletak di puncak bukit Dataran Tinggi Gayo Takengon Kabupaten Aceh Tengah ini,kalian akan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan,Di tempat ini akan terlihat ibu kota Takengon dan Danau Laut Tawar secara keseluruhan, lapangan Pacuan Kuda Belang Bebangka di Kecamatan Pegasing, bandara udara Rembele dari atas, dengan diapit serta dikelilingi punggung gunung bukit barisan yang elok.

Terletak di kecamatan Bebesan, 7.5 km dari kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah dan berada pada ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut serta memiliki udara yang sejuk.ttak heran tempat ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk menikmati pemandangan yang begitu indah ini. selain itu,Pantan Terong juga merupakan obyek wisata unggulan yang dikelola secara baik oleh pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tengah.


Jika kalian ingin mengunjungi Pantan Terong takengon ini dari pusat kota, kalian akan menempuh jarak sekitar 5 kilometer. Jalan menuju tempat wisata ini sangat bagus, jadi anda tidak perlu khawatir bila ingin mengunjungi temapt wisata ini tetapi ada hal yang perlu kalian perhatikan sebelum pergi ke Pantan Terong.dengan letaknya yang tinggi membuat jalan menuju kesana selalu menanjak dan terkadang cukup terjal, anda harus memastikan keadaan kendaraan anda dalam kondisi baik.Dan jika mungkin anda mengalami kerusakan kendaraan di tengah jalan pun telah banyak bengkel-bengkel kecil di sepanjang jalan yang siap membantu anda.Setelah kalian mencapai puncak Pantan Terong ini, jangan lupa terlewatkan yah moment berfoto ria. rugi lho udah datang jauh-jauh melewati jalanan yang menanjak eh malah engga foto.

4.Bur Birah Panyang

Bur pirah panyang ini adalah destinasi yang mulai berkembang dengan kegemaran banyak orang untuk hiking dan ngecamp,Gunung ini berada dekat dengan Bur Gayo,dari sini juga kita bisa melihat panorama Takengon yang sangat luar biasa.Belum banyak yang belum mengetahui lokasi ini mungkin hanya seputaran Takengon dan mungkin Aceh.Dengat akses yang tergolong mudah akan membantu wisatawan untuk menaikinya,Dalam waktu dekat ini akan di bangun juga fasilitas untuk menunjang kenyamanan wisatawan.





 5.Air Terjun Tansaran Bidin

Keindahan alam di Gayo masih banyak yang tersembunyi, belum banyak diketahui orang termasuk penduduk Kabupaten Bener Meriah sendiri. Salahsatunya lokasi tensaran (air terjun-red) Bidin berlokasi di Wonosari,15 kilometer dari Ponok Baru, di desa Blang Jorong Wonosari, tensaran Bidin dikelilingi pohon rimbun berbagai jenis yang didominasi pinus.

Perjalanan bisa ditempuh dengan segala jenis kenderaan, namun mesti sering bertanya kepada warga setempat karena tidak ada penujuk jalan menuju lokasi Tensaran Bidin.

Mencapai lokasi lebih dekat, mesti ditempuh berjalan kaki sekira 300 meter dengan medan sangat miring dan bersemak belukar. Ini menjadi kendala bagi pelancong. Tidak tersedianya jalan setapak yang aman. Yang tidak punya nyali dan tenaga kurang, harus pasrah hanya melihat dan mendengar gemuruh air terjun dari kejauhan.




6.Burni Telong

Burni Telong adalah gunung yang terletak di Kabupaten Bener dan telah mejadi ciri khas dari Kabupaten Tersebut. Gunung Burni Telong adalah gunung berapa Aktif dan pernah meletus pada Tanggal 7 Desember 1924 menyebabkan kerusakan hebat lingkungan sekitarnya termasuk lahan pertanian dan perkampungan.

Burni Telong yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan gunung yang terbakar, berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Gunung ini hanya berjarak lima kilometer dari Redeolong, ibu kota Kabupaten Bener Meriah dan Bandar Udara Rembele (RBL). Untuk mencapai gunung yang sering disebut Burni Cempege (gunung yang penuh belerang–red), ada beberapa jalur. Salah satunya, melalui Jalur Edelwais. Dinamakan Edelwais karena di sepanjang jalur itu ditumbuhi bunga Edelwais yang oleh masyarakat Gayo dipercayai sebagai bunga abadi. Jalur ini diawali dengan jalan aspal mulai dari simpang jalan utama Takengon-Bireun sampai ke lereng Burni Telong tepatnya di desa Bandar Lampahan Kecamatan Timang Gajah yang berjarak 3 km.

Bila mau melakukan Pendakian sebaiknya berkonsultasi dulu dengan pemuda-pemuda setempat atau mengajak satu dua orang dari mereka turut serta, kecuali anda sudah mengenal betul medan dan jalur pendakian Gunung Burni Telong. Kondisi lapangan untuk mencapai ke ketinggian puncak memang agak terjal. Tapi, jalur dari Bandar Lampahan menuju lereng gunung merupakan pilihan favorit para pecinta alam atau pendaki gunung. Setelah melewati medan terjal, kita menemukan sebuah gua, yang sering digunakan pendaki sebagai tempat menginap bila ingin bermalam untuk beberapa hari. Di ketingian Burni Telong, hamparan pohon pinus memanjakan mata Anda Inilah satu-satunya gunung berapi aktif di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah.




#ayokegayo

Pacuan Kuda Gayo Akan Kembali di Helat di Takengon

Event tahunan pacuan kuda tradisional Gayo kembali di gelar di Takengon, persisnya di Gelengang HM. Hasan Gayo Pegasing Aceh Tengah 22-28 Februari 2016 mendatang.
Kegiatan yang ditunggu-tunggu masyarakat ini digelar dalam rangkaian memeriahkan peringatan Hari Jadi Kota Takengon yang ke 439. Demikian diungkapkan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah, Subhan Sahara kepada LintasGayo.co, Sabtu 30 Januari 2016.
“Tanggal tersebut ditetapkan sesuai hasil rapat bersama bapak Bupati beserta pihak terkait,” ungkap Subhan Sahara.
Untuk peserta, seperti biasa akan diikuti oleh kuda-kuda pacu dari 3 kabupaten dataran tinggi Gayo, Gayo Lues, Bener Meriah dan Gayo Lues dengan sejumlah kelas atau kategori yang diperlombakan, mulai dari kuda lokal hingga kuda blasteran (peranakan). (WA)
Sumber:LintasGayo

Minggu, 17 Januari 2016

JABAR OVERLAND 2016

Days 1 Jakarta-Bandung-Pangalengan  Museum Asia-Afrika, Sasana Budaya Ganesha (SABUGA), NUart Galery, Saung Angklung Udjo (SAU), check in
Days 2 Pangalengan-Garut
Rafting at Palayangan River, check in
Days 3 Garut-Pangandaran
Kampung Naga, check in
Days 4 Pangandaran-Jakarta
Batu Karas, Green Canyon
Days 5 Jakarta


Day 1

Perjalanan kami di mulai dari Pondok Cabe langsung menuju Museum Asia-Afrika di  Bandung,di situ akan terlihat kemegahan saat Conference Asia-Afrika pertama yg diadakan di Bandung,dan menjadi sejarah berkumpul nya pemimpin-pemimpin dunia untuk menyatakan kemerkdekaan bersama.Lalu perjalanan kami di lanjutkan ke Sasana Budaya Gaanesha (SABUGA),salah satu gedung yang di miliki Istitue Technology Bandung (ITB) ini biasa di gunakan untuk Event seperti Conference,Pameran,dan banyak lagi.Di dalam kami bisa melihat hasil karya anak bangsa yg sangat luar biasa.Sabuga ini pas buat Wisata Pendidikan.

perjalan kami di laanjutkan lagi ke NUart Galery di seputaran kota Bandung,siapa yg tidak kenal pak Nyoman Nuarta salah satu seniman terbaik Indonesia,yang membuat patung Garuda Wisnu Kencana di Bali,dan masih banyak lagi hasil karyanya di pampangkan di seputaran jalan di kota-kota Indonesia.sesambil kami makan siang kami melihat keindahan kawasan rumah seni NUart yang sejuk dan di hiasi dengan patung-ptung yang seolah hidup.

Perjalanan kamidi hari pertama belum selessai,kami akan mengunjungi Saung Angklung Udjo.Ya Indonesia adalah negara yang sangat akan kaya dengan Budayanya,apa saja bisa di jadikan alat musik termasuk angklung yang sudah mendunia dan telah di akui oleh UNESCO.Di saung mang Udjo kita bisa melihat bagaimana cara pembuatan angklung dan kita bisa melihat penampilan angklung yang luar biasa hebat.Perjalan kami di hari pertama hanya sampai di sini kami akan menuju hotel untuk istirahat dan bersiap untuk perjalanan besok.


DAY 2

Hari kedua ini kami kan Rafting di Sungai Palayangan yang curam,dan ini menjadi tantangan buat kami untuk mengarunginya,tapi kami di pandu oleh pembimbing yang profesional.kami makan siang di tepi Danau buatan di Palayangan tapi sayang sumber air danau masih dalam proses perbaikan,jadi air hanya tersisa sedikit.setelah makan siang perjalanan kami di lanjutkan ke Garut ,dan kami menginap di salah satu hotel di sana.







DAY 3


Kami memulai dengan mengjungi pusat oleh-oleh Garut,lalu kami menuju Kampung Naga,kampung yang masih menjaga adat dan budaya nya dengan ketat.untuk menuju kampung naga kita harus melewati lebih dari 400 anak tangga,untuk melewati itu rasanya tulang kaki mulai terpisah satu demi satu.kampung yang bersuku Sunda ini sama sekali tidak mengikuti perkembangan jaman modern,bisa di lihat dengan bentuk dan bahan tempat tinggal mereka.Di kampung naga ini ada salah satu kawan yang tidak boleh di ambil gambarnya tetapi boleh di lihat,di sini juga terdapat oleh-oleh khas kampung naga


DAY 4

 Perjalan terakhir ini dari hotel menuju Pantai Batu Karas,kami makan siang sambil menikmati keindahan pantai,pantai batu karas ini cocok buat surfing yang masih pemula,lalu kami menuju Green Canyon untuk body rafting tapi kami kurang beruntung ,karena curah hujan yang deras air sungai menjadi coklat sehingga kami tidak bisa body rafting.tapi kami bisa melihat keindahan sebagian Green Canyon melalui kapal boat.Perjalanan kamai pun berakhir disini.

kamu langsung bergegas untuk balik ke Jakarta dari Pangandaran,sebenarnya hari itu berpasan dengan PON JABAR Pacuan Kuda,sebenarnya saya juga berkenginan untuk menghadirinya karena saya hobi dengan pacuan kuda,tapi karena waktu yang tidak memungkinkan akhirnya niat saya gagal.dan saya melihat wajah manyun dari semua teman saya karena tidak bisa body rafting beruntung saya sudah pernah body raftyng di Green Canyon jadi saya tidak begitu kecewa.Jujur perjalanana ini sangat mengesankan  dan banyak memberi ilmu yang baru buat kami bagaimana untuk Guiding yang pantas,menghandle tamu yang baik juga.
Inilah cerita dari tour kami,semoga bermafaat bagi teman semua,BEREJEN!!!

Minggu, 22 November 2015

Speciality Coffee Association of Europe (SCAE) Kunjungi Kebun Kopi Gayo


Apa yang Anda rasakan ketika Anda berada di suatu tempat yang selama ini Anda impikan sejak bertahun-tahun? Bahagia, gembira, takjub, semua bercampur jadi satu karena rasa penasaran yang selama ini terpendam kini terjawab sudah.

Kira-kira begitulah suasana yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana Collin Smith tiba di lokasi perkebunan kopi milik warga di desa Belang Gele, kecamatan Bebesen, kabupaten Aceh Tengah hari Rabu, 18 Nopember 2015.

Pria asal London Inggris itu mengaku sudah lama memendam hasrat untuk mengunjungi Dataran Tinggi Gayo, tempat kopi yang telah ia konsumsi selama belasan tahun berasal.
“Saya sudah 15 tahun membeli dan mengkonsumsi kopi asal pulau Sumatera, khususnya dari dataran tinggi Gayo, dan rasanya begitu gembira dan menenteramkan berada di perkebunan kopi”, ujar ketua rombongan SCAE itu sambil terus berjalan menyusuri kebun kopi. Sesekali langkahnya terhenti dan tangannya dengan refleks mengambil kamera DSLR miliknya, lalu mengarahkan lensa menuju sebuah objek. Itu terlihat berkali-kali.
“Dari dulu saya ingin melihat langsung bagaimana kopi diusahakan, mulai dari penanaman, pemupukan, hingga penanganan pasca panen,” imbuhnya.
Collin tidak sedang berbasa-basi. Meski Bupati Aceh Tengah Nasaruddin setia mendampingi, Collin lebih memilih bergerak sendiri demi membidik objek yang menurutnya layak untuk diabadikan. Nyaris tidak terlihat tanda-tanda kelelahan dari seorang Collin Smith untuk menyusuri setiap jengkal tanah dimana kopi Arabika terbaik di dunia tumbuh dan dibudidayakan.
Kunjungan delegasi SCAE ke dataran tinggi Gayo‎, merupakan balasan dari partisipasi Pemerintah Aceh tepatnya Badan Investasi dan Promosi Aceh, Pemkab Aceh Tengah dan Pemkab Bener ‎Meriah yang sebelumnya menghadiri undangan SCAE pada ekspo kopi dunia di Gothenburg Swedia pada medio Juni 2015 lalu.


Menurut Bupati Nasaruddin kunjungan SCAE merupakan peluang yang sangat baik bagi daerah penghasil kopi arabica tersebut untuk memperbesar ekspor langsung ke Eropa.

Selasa, 17 November 2015

Atraksi

  Tari guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di Aceh. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografi tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
              Dalam perkembangannya, tari guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek penelitian sejumlah surveyor dalam dan luar negeri.







Berdasarkan Cerita Rakyat yang berkembang di tanah Gayo. tari guel berawal dari mimpi seorang pemuda bernama Sengeda anak Raja Linge ke XIII. Sengeda bermimpi bertemu saudara kandungnya Bener Meria yang konon telah meninggal dunia karena pengkhianatan. Mimpi itu menggambarkan Bener Meria memberi petunjuk kepada Sengeda (adiknya), tentang kiat mendapatkan Gajah putih sekaligus cara meenggiring Gajah tersebut untuk dibawa dan dipersembahakan kepada Sultan Aceh Darussalam. Adalah sang putri Sultan sangat berhasrat memiliki Gajah Putih tersebut.
Berbilang tahun kemudian, tersebutlah kisah tentang Cik Serule, perdana menteri Raja Linge ke XIV berangkat ke Ibu Kota Aceh Darussalam (sekarang kota Banda Aceh). Memenuhi hajatan sidang tahunan Kesutanan Kerajaan. Nah, Sengeda yang dikenal dekat dengan Serule ikut dibawa serta. Pada saat-saat sidang sedang berlangsung, Sengeda rupanya bermain-main di Balai Gading sambil menikmati keagungan Istana Sultan.
Pada waktu itulah ia teringat akan mimpinya waktu silam, lalu sesuai petunjuk saudara kandungnya Bener Meria ia lukiskanlah seekor gajah berwarna putih pada sehelai daun Neniyun (Pelepah rebung bambu), setelah usai, lukisan itu dihadapkan pada cahaya matahari. Tak disangka, pantulan cahaya yang begitu indah itu mengundang kekaguman sang Puteri Raja Sultan. Dari lukisan itu, sang Putri menjadi penasaran dan berhasrat ingin memiliki Gajah Putih dalam wujud asli.
Permintaan itu dikatakan pada Sengeda. Sengeda menyanggupi menangkap Gajah Putih yang ada dirimba raya Gayo untuk dihadapkan pada tuan puteri dengan syarat Sultan memberi perintah kepada Cik Serule. Kemudian dalam prosesi pencarian itulah benih-benih dan paduan tari guel berasal: Untuk menjinakkan sang Gajah Putih, diadakanlah kenduri dengan meembakar kemenyan; diadakannya bunyi-bunyian dengan cara memukul-mukul batang kayu serta apa saja yang menghasilkan bunyi-bunyian. Sejumlah kerabat Sengeda pun melakukan gerak tari-tarian untuk memancing sang Gajah.

Setelah itu, sang Gajah yang bertubuh putih nampak keluar dari persembunyiaannya. Ketika berpapasan dengan rombongan Sengeda, sang Gajah tidak mau beranjak dari tempatnya. Bermacam cara ditempuh, sang Gajah masih juga tidak beranjak. Sengeda yang menjadi pawang pada waktu itu menjadi kehilangan ide untuk menggiring sang Gajah.
Lagi-lagi Sengeda teringat akan mimpi waktu silam tentang beberapa petunjuk yang harus dilakukan. Sengeda kemudian memerintahkan rombongan untuk kembali menari dengan niat tulus dan ikhlas sampai menggerakkan tangan seperti gerakan belalai gajah: indah dan santun. Disertai dengan gerakan salam sembahan kepada Gajah ternyata mampu meluluhkan hati sang Gajah. Gajah pun dapat dijinakkan sambil diiringi rombongan. Sepanjang perjalanan pawang dan rombongan, Gajah putih sesekali ditepung tawari dengan mungkur (jeruk purut) dan bedak hingga berhari-hari perjalanan sampailah rombongan ke hadapan Putri Sultan di Pusat Kerajaan Aceh Darussalam.
Begitulah sejarah dari cerita rakyat di Gayo, walaupun kebenaran secara ilmiah tidak bisa dibuktikan, namun kemudian Tari guel dalam perkembangannya tetap mereka ulang cerita unik Sengeda, Gajah Putih dan sang Putri Sultan. Inilah yang kemudian dikenal temali sejarah yang menghubungkan kerajaan Linge dengan Kerajaan Aceh Darussalam begitu dekat dan bersahaja.
Begitu juga dalam pertunjukan atraksi Tari guel, yang sering kita temui pada saat upacara perkawinan, khususnya di Tanah Gayo, tetap mengambil spirit pertalian sejarah dengan bahasa dan tari yang indah: dalam Tari guel. Reinngkarnasi kisah tersebut, dalam tari guel, Sengeda kemudian diperankan oleh Guru Didong yakni penari yang mengajak Beyi (Aman Manya ) atau Linto Baroe untuk bangun dari tempat persandingan (Pelaminan). Sedangkan Gajah Putih diperankan oleh Linto Baroe (Pengantin Laki-laki). Pengulu Mungkur, Pengulu Bedak diperankan oleh kaum ibu yang menaburkan breuh padee (beras padi) atau dikenal dengan bertih.





Di tanah Gayo, dahulunya dikenal begitu banyak penari Guel. Seperti Syeh Ishak di Kampung Kutelintang-Pegasing, Aman Rabu di kampung Jurumudi-Bebesan, Ceh Regom di Toweren. Penari lain yang kurun waktun 1992 sampai 1993 yang waktu itu masih hidup adalah Aman Jaya-Kampung Kutelintang, Umer-Bebesen, Syeh Midin-Silih Nara Angkup, Safie-Gelu Gele Lungi-Pegasing, Item Majid-Bebesen. Mereka waktu itu rata-rata sudah berusia 60-an. Saat ini sudah meninggal sehingga alih generasi penari menjadi hambatan serius.
Walaupun ada penari yang lahir karena bakat sendiri, bukan langsung diajarkan secara teori dan praktik oleh para penari pakar seperti disebutkan, keterampilan menari mereka tak sepiawai para pendahulunya. Begitu juga pengiring penggiring musik tetabuhan seperti Rebana semakin langka, apalagi ingin menyamakan dengan seorang dedengkot almarhum Syeh Kilang di Kemili Bebesen.
Tari guel dibagi dalam empat babakan baku. Terdiri dari babak Mu natap, Babak II Dep, Babak III Ketibung, Babak IV Cincang Nangka. Ragam Gerak atau gerak dasar adalah Salam Semah (Munatap ), Kepur Nunguk, Sining Lintah, Semer Kaleng (Sengker Kalang), Dah-Papan.
Sementara jumlah para penari dalam perkembangannya terdiri dari kelompok pria dan wanita berkisar antara 8-10 ( Wanita ), 2-4 ( Pria ). Penari Pria dalam setiap penampilan selalu tampil sebagai simbol dan primadona, melambangkan aman manyak atau lintoe Baroe dan Guru Didong. Jumlah penabuh biasanya minimal 4 orang yang menabuh canang, gong, gegedem, dan memong.
Tari guel memang unik, pengalaman penulis merasakan mengandung unsur dan karakter perpaduan unsur keras lembut dan bersahaja. Bila para pemain benar-benar mengusai tarian ini, terutama peran Sengeda dan Gajah Putih maka bagi penonton akan merasakan ketakjuban luar biasa.
Seolah-olah terjadinya pertarungaan dan upaya memengaruhi antara Sengeda dan Gajah Putih. Upaya untuk menundukkan jelas terlihat, hingga kipasan kain kerawang Gayo di Punggung Penari seakan mengandung kekuatan yang luar biasa sepanjang taarian. Guel dari babakan ke babakan lainnya hingga usai selalu menawarkan uluran tangan seperti tarian sepasang kekasih di tengah kegundahan orang tuanya. idak ada yang menang dan kalah dalam tari ini, karena persembahan dan pertautan gerak dan tatapan mata adalah perlambang Cinta. Tapi sayang, kini tari guel itu seperti kehilangan Induknya, karena pemerintah sangat perhatian apalagi gempuran musik hingar modern seperti Keyboard pada setiap pesta perkawinan di daerah itu.




 Referensi:

  • Junus Djamil, Gadjah Putih, Banda Aceh, Lembaga Kebudayaan Atjeh, 1958
  • Ridwan H. Muchtar, Hikayat Tari guel, Serambi, Rabu, 31 Desember 1969





Petualangan

Burni Telong adalah gunung yang terletak di Kabupaten Bener dan telah mejadi ciri khas dari Kabupaten Tersebut. Gunung Burni Telong adalah gunung berapa Aktif dan pernah meletus pada Tanggal 7 Desember 1924 menyebabkan kerusakan hebat lingkungan sekitarnya termasuk lahan pertanian dan perkampungan.

Burni Telong yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan gunung yang terbakar, berada di ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut. Gunung ini hanya berjarak lima kilometer dari Redeolong, ibu kota Kabupaten Bener Meriah dan Bandar Udara Rembele (RBL). Untuk mencapai gunung yang sering disebut Burni Cempege (gunung yang penuh belerang–red), ada beberapa jalur. Salah satunya, melalui Jalur Edelwais. Dinamakan Edelwais karena di sepanjang jalur itu ditumbuhi bunga Edelwais yang oleh masyarakat Gayo dipercayai sebagai bunga abadi. Jalur ini diawali dengan jalan aspal mulai dari simpang jalan utama Takengon-Bireun sampai ke lereng Burni Telong tepatnya di desa Bandar Lampahan Kecamatan Timang Gajah yang berjarak 3 km.

Bila mau melakukan Pendakian sebaiknya berkonsultasi dulu dengan pemuda-pemuda setempat atau mengajak satu dua orang dari mereka turut serta, kecuali anda sudah mengenal betul medan dan jalur pendakian Gunung Burni Telong. Kondisi lapangan untuk mencapai ke ketinggian puncak memang agak terjal. Tapi, jalur dari Bandar Lampahan menuju lereng gunung merupakan pilihan favorit para pecinta alam atau pendaki gunung. Setelah melewati medan terjal, kita menemukan sebuah gua, yang sering digunakan pendaki sebagai tempat menginap bila ingin bermalam untuk beberapa hari. Di ketingian Burni Telong, hamparan pohon pinus memanjakan mata Anda Inilah satu-satunya gunung berapi aktif di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Keindahan Danau Lut Tawar

danau1Danau Laut Tawar adalah sebuah danau dan kawasan wisata yang terletak di Dataran Tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam. Disisi barat danau ini terdapat kota Takengon, yang juga merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Tengah. Suku Gayo yang mendiami daerah tersebut, menyebut danau ini dengan sebutan Danau Lut Tawar. Danau ini mempunyai Luas sekitar 5.472 hektar dengan panjang 17 km dan lebar 3,219 km. Para penelusur tau nggak kenapa danau ini disebut dengan laut?ternyata usut punya usut Danau Laut Tawar ini disebut dengan nama Laut karena wilayah perairan danau ini sangat luas. Begitu pun dengan nama Tawar, karena air yang berada di danau ini merupakan air tawar. Keberadaan Danau Laut Tawar sangatlah vital sekali karena selain sebagai tempat wisata yang kerap dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara, juga digunakan sebagai sumber air bagi Kabupaten Aceh Tengah dan beberapa kabupaten lain di sekitarnya.

danau2Keberadaan Danau Laut Tawar menjadi kebanggaan masyarakat Aceh. Dan beredar cerita tradisional di sekitar masyarakat Gayo tentang ikan depik, bentuknya seperti ikan hias bertubuh ramping bersisik putih berkilau dengan ukuran sebesar jempol tangan yang hidup di Danau Laut Tawar. Konon ceritanya, depik berasal dari butiran nasi yang dibuang ke danau. Ia akan muncul ke permukaan pada musim tertentu, khususnya pada saat musim hujan. Sebelum musim tiba, gerombolan depik bersembunyi di selatan danau, di kaki Gunung Bur Kelieten. Depik merupakan sebuah anugerah Tuhan kepada masyarakat Gayo, meski terus-menerus dikonsumsi, ia tidak pernah habis.
danau5Panorama di sekitar Danau Laut Tawar yang diapit oleh dua buah bukit ini menyajikan keindahan tersendiri bagi yang berkunjung ke tempat ini. Penyatuan perairan dan dataran memberi banyak sumber penghidupan bagi masyarakat, terutama di sekitar dataran tinggi Gayo. Sebutan laut karena luasnya seperti laut dan sebutan tawar karena airnya tidak asin. Air tawarnya menyimpan banyak flora dan fauna, salah satunya yang paling terkenal ialah ikan depik yang merupakan spesies ikan yang hanya ada di Danau Laut Tawar. Di lokasi ini para penelusur dapat melihat aktivitas masyarakat sehari – hari yaitu bercocok tanam dan memancing. Suatu aktivitas yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat di sekitar danau. Komoditi unggulan yang ditanam di dataran tinggi Gayo antara lain, adalah kopi Gayo (kopi arabika) yang sangat terkenal di Jepang, kentang, markisa, tomat, cabe, jagung, dan sayur-sayuran. Hasil komoditi perkebunan yang cukup terkenal adalah jeruk keprok Gayo dan alpukat.

Jika para penelusur berwisata ke Danau Laut Tawar maka jangan lupa juga untuk berwisata kuliner di Takengon dengan mencicipi ikan depik yang nikmat dan khas Danau Laut Tawar. Ikan ini adalah sejenis ikan air tawar famili Ikan wadher yang tidak ada di daerah lain. Selain itu para penelusur juga wajib mencicipi kopi takengon atau kopi gayo yang terkenal dan nenas berukuran kecil namun rasanya manis sekali terletak di perkebunan daerah Isak Takengon.




danau3

danau4




danau6

danau7